- Back to Home »
- Sejarah Kapukvalley (ngejaring anak kosan)
Posted by : boim gerald
Kamis, 28 November 2013
“Apa itu
Kapuk Valley dan apa keistimewaannya?”.
Peringatan: tulisan ini banyak sekali menggunakan istilah-istilah dalam
jaringan komputer.
Mungkin banyak dari kalian yang tidak paham dengan apa yang tertuang disini. Dongeng tentang sebuah lembah yang membuat cara komunikasi segelintir orang berubah. Inilah tulisan tentang sebuah lingkungan tempat gue tumbuh selama satu dekade yang hadir sebagai muara bagi pertanyaan
Mungkin banyak dari kalian yang tidak paham dengan apa yang tertuang disini. Dongeng tentang sebuah lembah yang membuat cara komunikasi segelintir orang berubah. Inilah tulisan tentang sebuah lingkungan tempat gue tumbuh selama satu dekade yang hadir sebagai muara bagi pertanyaan
Bagi yang pernah kuliah di Universitas Gunadarma Depok dan
sering ke Kampus D mungkin udah ga asing dengan daerah Kapuk. Pintu masuk nya
pun cuma beberapa meter di depan pintu masuk kampus yang konon katanya termasuk
World Class University itu. Gue sendiri udah ngekos di daerah kapuk sejak
pertama kali kuliah sampai lulus, dan baru keluar dari kapuk setelah akhirnya
memutuskan meminang anak pak Cecep dan ibu Desi yang geulis itu. Gang Kapuk,
begitu orang asli situ menyebutnya karena dikenal sebagai daerah yang banyak
pedagang kapuknya. Semasa gue ngekos disitu memang banyak tukang kapuk yang
berseliweran menawarkan jasa “isi
ulang” kapuk kasur. Btw, dulu belum
ada counter pulsa, bahkan handphone tidak cukup populer waktu itu karena masih
termasuk barang mewah, pager hadir sebagai media komunikasi alternatif yang
lebih modern ketimbang surat dan telpon rumah. Internet juga termasuk hal baru,
cuma ada beberapa warnet yang buka dengan tarif yang cukup mahal sekitar Rp.
12,000,- per jam dengan kecepatan 56Kbps karena kecepatan modem yang paling
cepat pada saat itu adalah 56Kbps. Bisa dibayangkan betapa sabarnya orang-orang
pada waktu itu. Tidak heran pantatnya pada lebar. Don’t look at my ass!
Pada pertengahan tahun 1999, gue dan temen kosan gue Iman
Sulaeman terdaftar sebagai mahasiswa Teknik Informatika Gunadarma yang sempat
satu kelas di tingkat satu, kami pisah kelas di tingkat dua. Ada hal unik
mengenai sohib gue yang satu ini. Pertama, dia punya dua akte lahir, dan sampai
sekarang pun ga tau mana yang benar-benar valid. Kedua, entah dapet ide
darimana dia mendadak minta dipanggil “Eqi”, sebuah nama panggilan yang
sama sekali ga ada hubungan dengan nama aslinya. Berhubung gue udah terlanjur
terbiasa manggil dia “Man” dan gue menghormati
keinginannya maka gue panggil di “Maneq”. Kami berdua tertarik dengan
jaringan komputer, mata kuliah yang baru kami akan dapatkan di tingkat tiga.
Dengan pengetahuan seadanya, dipenghujung tahun 2000 kami berusaha membangun
sendiri jaringan komputer dikosan. Hanya berdua. Itu pun cuma untuk main game
Opposing Force, salah satu expansion pack dari game Half-Life. Sebagai
informasi, bermain Opposing Force dengan hanya satu lawan di map (lapangan
virtual bagi First-Person Shooter (FPS) game) yang besar itu membosankan.
Karena besarnya map yang digunakan kadang butuh waktu beberapa menit untuk bisa
saling ketemu dan tembak-tembakan. Kadang kalo udah mulai frustasi gue teriak “Neq! Posisi lo dimana? Gue
samperin dah!”.
Opposing Force
Diseberang kami ada sebuah kosan berjudul Pondok Sentosa
(Posen) yang terdiri dari kurang lebih 32 kamar dimana 16 kamar diantaranya terhubung
dengan jaringan komputer. Dan mereka juga doyan main Opposing Force. Kentara
dari suara tembakan yang kami dengar tiap malam. Muncul dipikiran gue kalo aja
jaringan komputer kosan gue bisa nyambung dengan mereka sepertinya bakal jadi
sesuatu yang seru! Jadilah kami berangkat ke Mangga Dua (pusat komputer
terbesar di Jakarta) untuk membeli kabel BNC sepanjang 50 meter. Kabel BNC ini
sebenarnya bukan barang murah, kabel UTP saat itu juga masih tergolong langka.
Kami menghabiskan sebagian besar uang bulanan kami untuk membeli kabel BNC ini.
Sebuah investasi yang tidak murah untuk sebuah kepuasan bermain game. Tapi
belakangan kami sadar kalo investasi ini jauh lebih berharga dari yang kami
kira. Sebagai informasi, jaringan pada saat itu belum menggunakan hub atau
switch dan hanya menggunakan Topologi Bus untuk menghubungkan antar komputer
dimana ujung-ujung dari jaringannya disebut dengan Terminator dan apabila ada
komputer baru yang ingin nyambung maka harus dihubungkan dengan salah satu
Terminator.
BNC Connector
BNC Tee Connectors with Terminator
Pemasangan kabel ini juga cukup dramatis, karena selain
harus menghadapi maut dengan naik keatap kosan juga disaksikan dengan tatapan
curiga oleh induk semang yang khawatir tagihan listriknya tiba-tiba membengkak,
ternyata diujung kabel kami harus menghadapi penolakan dari salah satu sesepuh
dikosan tersebut. Namun dengan sedikit negosiasi dengan beberapa sesepuh lain
dikosan yang bersangkutan akhirnya kami dapat restu untuk menyolokkan kabel
kami ke Terminator mereka. Sejak saat itu, setiap kali gue dan Iman mendengar
suara tembakan dari kosan sebelah, kami langsung buru-buru ngidupin komputer
dan bergabung di medan perang. Saat satu tembakan headshot dari gue berhasil
melumpuhkan salah seorang pemain dari kosan tetangga maka teriakan lantang pun
terdengar dari kosan seberang menyeruak ditengah bisingnya suara tembakan:
NGEPET!
Kebetulan salah satu temen kelas kami ada yang ngekos di
Posen, namanya Ivan Drajatsukma asli Bandung. Kalo main Opposing Force dia suka
pake nickname Tatang karena kebiasannya di Opposing Force menggunakan senjata
linggis dan memukul-mukulkannya ke dinding sehingga berbunyi “Tang! Tang! Tang!”.
Kami bertiga adalah mahasiswa yang sedang dalam masa pertumbuhan dan sedang
lucu-lucunya waktu itu. Dan yang namanya mahasiswa seringkali dihadapkan dengan
hal yang menyebalkan seperti tugas praktikum. Untungnya tugas praktikum ini
boleh dikumpulkan dalam file Microsoft Word. Si tatang ini termasuk yang rajin
bikin tugas praktikum. Jadi lah setiap H-1 menjelang praktikum gue “malakin” tugas praktikum dari dia. Disinilah gue baru
ngerasain keuntungan lain dari jaringan kosan ini. Gue ga perlu harus nyamperin
kekosan untuk ngopi tugas praktikum. File tugas bisa dikirim lewat jaringan,
tinggal kopi ke disket (saat itu flashdisk masih termasuk barang mewah) lalu ke
rental komputer terdekat untuk ngeprint. Saat itulah gue mulai bermimpi, gimana
kalo misalnya gue bisa ngopi tugas praktikum dari temen kelas yang kosannya
terpisah beratus-ratus meter dari gue tanpa harus ke kosannya? Bagi gue, itulah
pertama kali nya gue bermimpi tentang sesuatu. Gue belum pernah membayangkan
suatu hal begitu kuat sebelumnya. Masa kecil gue penuh dengan mimpi palsu
tentang “Mau jadi apa kalo udah gede
nanti?”.
Lalu teori Law of Attraction seolah berlaku, ketika kita
sangat menginginkan sesuatu maka alam bekerja secara ajaib dan misterius untuk
mewujudkannya. Selang beberapa hari setelah kosan gue terhubung dengan Posen,
Agie Triwijaya (Agie) dari kosan Pondok Rakyat (Porak) menghampiri kosan gue
untuk minta izin untuk menghubungkan kosan mereka ke kosan gue. Pada titik ini,
jaringan kami mengalami evolusi dengan mulai menggunakan Hub namun tetap
menggunakan kabel BNC sebagai penghubung antara switch Posen dan Pinix. Lalu ada
kosan Depan Warung (Depwar) yang letaknya disamping kosan gue. Trus ada Wisma
Palem (Palem) yang letaknya agak jauhan dikit. Berikutnya, kosan yang dengan
penuh perjuangan diajak untuk bergabung adalah kosan khusus wanita bernama
Dhanisa. Saat kosan Dhanisa bergabung adalah salah satu momen mengharukan
menurut gue. Karena disini nyaris semua, ya nyaris seluruh cowok yang sudah
terhubung dengan jaringan ikut bergotong royong bahu-membahu untuk
menghubungkan kosan Dhanisa ini. Bahkan kami sempat patungan untuk membelikan
kabel BNC sepanjang kurang lebih 100 meter dimana dulu harga BNC sekitar Rp.
6,500,- per meternya. Dengan bergabungnya Dhanisa, maka saat itu total yang
bergabung ada kurang lebih 30 orang. Saat Dhanisa bergabung Kapuk Valley mulai
mempunyai variasi dimana tidak semuanya menyukai game. Gue dan Maneq mencoba
hal baru dengan menghadirkan radio streaming online dengan menggunakan
ShoutCast yang bisa didengarkan melalui WinAmp dan kami menggunakan nama
Radio.Net untuk menyebut radio kami ini.
Pada saat diadakannya buka puasa bersama pertama di Posen
tanggal 22 November 2002 atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 1423, tercetuslah
ide dari salah satu sesepuh Posen yang dipanggil Peypey (gue ga tau nama asli
nya siapa) untuk membentuk kepengurusan yang secara serius mengurus
infrastruktur jaringan, maka hari itu secara resmi terbentuklah kepengurusan
Kapuk Valley dan gue ditunjuk sebagai ketua nya karena gue yang pertama kali
mencetuskan jaringan antar kosan ini. Sebenarnya gue tidak punya pengalaman berorganisasi
dan gue tidak punya mental pemimpin, tapi bagi gue ini lah saatnya untuk
mencoba belajar menjadi pemimpin. Sebagai langkah awal, gue mulai membentuk
struktur kepengurusan. Gue udah lupa struktur awal kepengurusan, yang gue inget
adalah Fahziandy (atau biasa dipanggil Paji) sebagai wakil ketua, Felix Bayu
Ananto (Meong) sebagai koordinator, dan Ferry Fernando (ceinando) sebagai
Network Administrator. Gue belajar banyak dari manusia ceking yang satu ini. He’s my Shifu. Dialah yang
membuat gue terdorong untuk mempelajari jaringan komputer lebih dalam. Uniknya,
dia tidak pernah mau memberikan penjelasan lengkap atas pertanyaan-pertanyaan
gue. Alih-alih menjawab pertanyaan gue, dia hanya memberi secuil clue dan
sisanya gue harus cari sendiri. Sebelum akhirnya cabut dari kosan, beliau
mewariskan buku yang dari judulnya aja udah cukup berat menurut gue (berbanding
lurus dengan tebal bukunya): “Network
Security”, sebuah foto kopi dari buku
import yang isinya membahas tentang keamanan jaringan komputer pada masa itu.
Ceinando akhirnya digantikan oleh Doni Wijayanto. Sekilas tentang profil admin
ini, orangnya super secure. Dia membuat password untuk server yang terdiri dari
kurang lebih 16 karakter campuran huruf, angka, dan meta karakter yang bahkan
dia sendiri ga apal. Dan setiap kali dia mau login ke server, semua orang yang
ada dikamar akan “diusir” karena dia harus buka
contekan password yang sebenarnya dia simpan dibawah keyboard komputernya. Oh ya, di dalam struktur kepengurusan ada
Divisi RnD yang terdiri atas M. Rozan, Dodhy Permadi (c0d0t), dan Gustaman
(sebenarnya ada beberapa nama lagi tapi sebagian gue lupa dan sebagiannya udah
gue lupakan).
Logo Kapuk Valley
Adalah menjadi tradisi Kapuk Valley apabila ada kosan baru
yang ingin terhubung maka Pengurus akan melakukan sosialisasi ke kosan tersebut
dengan menjelaskan prosedur pendaftaran dan tata tertib yang berlaku di Kapuk
Valley dan setelah mereka menandatangani kesepakatan untuk mematuhi tata tertib
tersebut barulah kosan tersebut boleh dihubungkan dengan jaringan Kapuk Valley.
Tradisi ini membuat kosan yang baru terhubung dengan Kapuk Valley merasa dekat
dan merasa memiliki Kapuk Valley. Ini juga yang membuat mereka mau membaur
dengan member yang lain baik secara on-the-LAN (Local Area Network) maupun
off-the-LAN. Selain itu Kapuk Valley juga mempunyai tradisi mengadakan acara
rekreasi tahunan yang disebut dengan Kaval Tour, terutama pada saat libur
panjang. Daerah tujuan Kaval Tour pertama adalah pulau Haleuleungan, sebuah
pulau yang terletak ditengah laut dekat Tanjung Lesung, Banten. Pulau
Haleuleungan bisa dibilang tidak terawat dan bukan untuk tujuan wisata karena
sebenarnya pulau tersebut dijadikan perkebunan oleh pemiliknya dan hanya dijaga
oleh beberapa orang saja. Setiap bulan puasa Kapuk Valley juga mempunyai
tradisi mengadakan acara buka puasa.
Setelah kepengurusan Kapuk Valley terbentuk, Ceinando mulai menerapkan sistem Domain Controller
dengan menggunakan komputer pribadi nya sebagai Domain Server. Awalnya dibentuk
domain KAPUK-VALLEY namun akhirnya di revisi dengan menghilangkan dash menjadi
KAPUKVALLEY. Setelah Ceinando keluar dari Posen, Kapuk Valley kembali patungan
untuk membuat dedicated domain server. Tidak semua komponen dibeli, tapi ada
juga yang komponen hasil sumbangan, sehinggga akhirnya jadilah satu buah CPU
Pentium III dengan memory 128mb yang di “paksa” menjalankan Windows 2000
Server + Domain Controller. Microsoft Exchange juga di install sebagai media
komunikasi antar member (Email dan Messenger). Karena menggunakan Microsoft
Exchange, maka otomatis Messenger yang digunakan adalah MSN Messenger for
Exchange (berbeda dengan versi MSN Messenger untuk internet). MSN Messenger ini
bisa dibilang salah satu terobosan dalam jaringan Kapuk Valley karena
dilengkapi dengan fitur Voice dan Video Chat dan fitur ini Voice/Video chat ini
masih tergolong baru pada saat itu sehingga cukup digemari oleh member Kapuk
Valley, apalagi untuk berkomunikasi dengan member dari kosan Dhanisa. Pernah
ada kejadian lucu dimana ada anak dari kosan gue sedang voice chat dengan salah
satu member dari kosan Dhanisa dengan volume speaker yang bisa kedengaran dalam
radius 50m. Sebenarnya ini bukan masalah besar karena memang anak-anak
mahasiswa disekitar kapuk memang dikenal suka semena-mena kalo lagi nyetel
lagu. Tapi ini menjadi permasalahan karena dilakukan pada jam 11 malem dan yang
terdengar adalah suara cewek. Mendadak kosan gue penuh dengan pemuda-pemuda
AKamSi (Anak Kampung Sini) yang kasak-kusuk mencari asal muasal suara wanita.
Walaupun udah dibilang tidak ada wanita disini tapi mereka tetap tidak percaya.
Mereka memeriksa setiap sudut kamar bahkan sampai kamar mandi. Setelah di
demonstrasikan voice chat baru lah mereka bubar teratur dengan memalukan sambil
meninggalkan sedikit “wejangan” yang kedengarannya cuma untuk
menutup kemaluan (maksud nya rasa malu) mereka aja. “Maaf ya mas, kami cuma tidak ingin terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Soalnya sekarang banyak sekali yang nginepin cewek”. Pada titik ini, Kapuk Valley
melanjutkan evolusi nya dengan mulai menggunakan Switch yang jauh lebih pinter
daripada Hub. Kapuk Valley juga membeli switch tambahan yang digunakan sebagai
switch sentral, yaitu switch yang khusus untuk menghubungkan switch dari
kosan-kosan yang terhubung dengan jaringan Kapuk Valley. Switch sentral pertama
ini bermerk TP-Link 16 port yang dilengkapi dengan module-slot dan console
port.
Bergabungnya kosan Dhanisa seperti magnet, kalau sebelumnya
kami membutuhkan waktu setahun untuk membentuk jaringan dengan 5 kosan, namun
setelah Dhanisa bergabung hanya dalam kurun waktu satu dua bulan kosan-kosan
yang ada disekitar kami mulai menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan
jaringan Kapuk Valley. Kosan Wisma Palem yang letaknya agak jauh menyatakan
keinginan nya untuk bergabung setelah mendengar ada kosan wanita yang bergabung
dalam jaringan. Lalu diikuti dengan kosan Rantau yang letaknya dibelakang kosan
Porak. Kosan ini punya member yang jauh lebih banyak dari kosan-kosan lain yang
sudah terhubung ke jaringan Kapuk Valley. Sehingga dengan bergabungnya kosan
Rantau membuat jumlah member melonjak hampir mencapai seratus orang. Kosan Biru
dan kosan Babe yang letaknya diseberang kosan Rantau pun menyusul kosan Rantau
untuk bergabung. Kosan Biru menghubungkan kosannya dengan kosan gue sedang kan
kosan Babe menghubungkan kosannya dengan kosan Posen. Kosan Wisma Putih yang
letaknya persis di depan kosan Biru ga mau ketinggalan, dan ada juga kosan Bara
yang letaknya jauh diujung selatan Kapuk yang ikut menghubungkan kosannya
dengan kosan gue. Kabel kosan Bara ini sempat dikhawatirkan tidak berhasil
terhubung dengan baik karena panjang kabel nya melebihi 100m sementara panjang
optimal kabel UTP adalah 100m. Setelah kabel disambungkan ternyata kosan Bara
bisa terhubung dengan baik walaupun mengalami sedikit penurunan network
response time.
Pada pertengahan 2003, aksi cracking untuk pertama kali
menyeruak di jaringan Kapuk Valley. Angga Marihotama (Angga) dari kosan Palem
membuat heboh jaringan Kapuk Valley dengan aksi nya membobol beberapa komputer,
terutama member dari kosan Dhanisa. Aksi angga ini sempat memancing kemarahan
member Kapuk Valley yang terkena serangan dan hampir mengarah terjadinya
kerusuhan namun akhirnya dapat diselesaikan secara baik-baik. Sisi positifnya
dari insiden ini adalah member Kapuk Valley kemudian menjadi lebih sadar akan
keamanan komputer nya sendiri dan mereka belajar tentang bagaimana melindungi
komputer mereka dari serangan cracker maupun virus walaupun banyak dari mereka
yang tidak punya pengetahuan tentang komputer.
Pada pertengahan 2004, Codot berinisiatif membangun server
khusus game, yaitu Ragnarok, game yang sempat sangat populer pada saat itu.
Seperti hal nya Domain Server, komponen komputer nya juga hasil patungan
bersama. Hampir 80% member Kapuk Valley ikutan bermain, termasuk gue. Game ini
bahkan membuat kelulusan gue tertunda selama setahun karena skripsi yang ga
kelar-kelar. Gue juga coba-coba untuk bikin server Half-Life Dedicated Server
di linux box gue berhubung saat itu game Counter-Strike mulai populer menggeser
Opposing Force. Tapi sayang peminatnya kurang karena Dedicated Server susah
untuk dikendalikan untuk pindah-pindah map atau mengatur waktu permainan. Tidak
selesai sampai disitu, Codot juga membuat File Server berbekal harddisk 128GB (yang
tergolong cukup besar waktu itu) yang cukup untuk menampung ratusan file
software, mp3, dan puluhan judul film, and yes, termasuk bokep. Entah karena
nasib atau karma, beberapa minggu kemudian server tersebut mengalami kerusakan
cukup serius sehingga harddisk yang digunakan tidak bisa berfungsi dengan
normal. Maka berakhir sudah riwayat File Server Kapuk Valley yang sangat
singkat umurnya itu. Gue sendiri, setelah gagal dengan Half-Life dedicated
Server, akhirnya menjadikan linux box gue yang spefisikasi hardware nya
tergolong minim sebagai Web Server. Dan berbekal web server ini, Codot kembali
membuat terobosan baru dengan membuat aplikasi simulasi Ujian Mandiri. Web
Simulasi Ujian Mandiri ini, yang selanjutnya di beri nama Kaval UM, sangat
populer dikalangan member Kapuk Valley terutama yang berstatus mahasiswa
Gunadarma. Karena selain mereka dipermudah untuk mempelajari sistem Ujian
Mandiri Gunadarma, ternyata soal-soal yang disediakan pada Kaval UM mendekati
soal aslinya. Tidak heran, karena memang database yang digunakan adalah
database Ujian Mandiri dari Gunadarma itu sendiri berhubung c0d0t adalah salah
satu programmer yang ikut membuat aplikasi Ujian Mandiri Gunadarma (pstt, off
the record!). Otomatis success rate para peserta Ujian Mandiri member Kapuk
Valley melonjak drastis. Kaval UM menyelamatkan dua hal sekaligus, nilai IPK
dan kantong mahasiswa. Karena untuk sekali Ujian Mandiri mahasiswa harus
merogoh kocek sebesar Rp. 40,000,- per mata kuliah. Belum lagi kalo mereka
harus mengulang kembali Ujian Mandiri karena gagal mendapatkan nilai yang
diinginkan. Kadang mahasiswa bisa menghabiskan Rp. 800,000,- sampai Rp.
2,000,000,- demi membuat IP jongkok menjadi mendekati Cum Laude (sistem
akademik Gunadarma membatasi IPK dibawah Cum Laude bagi mahasiswa yang
mengambil Ujian Mandiri). Dan pada saat Kapuk Valley sedang membutuhkan wadah
untuk berdiskusi, Riko Rasota Rahmada (Riko) dari kosan Biru menghadirkan Forum
Kaval untuk pertama kali nya. Pada saat DoTA mulai booming, gue pun
berinisiatif untuk membuat BattleNet server menggunakan PvPGN, satu-satunya
emulator BattleNet yang gue tau waktu itu yang bisa dijalankan dengan mulus di
Linux.
Awal tahun 2005, isu tentang sweeping penggunaan Windows
bajakan mulai merebak. Kepengurusan Kapuk Valley mulai mempertimbangkan untuk
melakukan migrasi ke Linux. Pengurus pun melakukan simulasi penggunaan Linux
sebagai pengganti Windows Server yang secara fitur sudah sangat melekat
dikeseharian member Kapuk Valley. Domain Controller digantikan oleh Samba,
Active Directory digantikan oleh OpenLDAP. Beban terberatnya adalah
menggantikan fitur MSN Messenger for Exchange. Saat itu alternatif terbaik yang
didapat adalah dengan menggunakan Jabber tapi sayangnya tidak satupun Jabber
client pada saat itu yang memiliki fasilitas voice / video chat. Setelah
melakukan simulasi selama kurang lebih sebulan, akhirnya Kapuk Valley pun
bermigrasi ke Linux. Alhamdulillah proses migrasi berhasil dilakukan nyaris
tanpa masalah. Network Administrator pun bertambah satu, Uji Baskoro (Mboy) hadir
untuk membackup Doni. Namun karena kurang menguasai Linux, Doni akhirnya mundur
sebagai Network Administrator. Setelah Doni “resign”, Kapuk Valley mendapatkan
Network Administrator baru bernama Roy Abu Bakar dari kosan Babe yang kebetulan
sangat menguasai Linux. Momen bergabungnya Roy juga cukup unik. Saat itu dia “tertangkap basah” sedang mengacak-acak komputer
beberapa member Kapuk Valley menggunakan DCom exploit yang pada saat itu sedang
heboh karena berhasil secara serempak melumpuhkan ribuan server di dunia yang
menggunakan Windows. Gue yang kebetulan saat itu sedang menggunakan komputer
S.A Rinaldo (Nando) dari Porak yang sedang disusupi oleh Roy melihat satu per
satu folder hilang. Lewat linux box yang khusus gue gunakan untuk ngoprek, gue
coba exploit balik ke komputer nya Roy yang ternyata belum di patch. Gue pun “menyita” dcom exploit dari komputer Roy berikut hasil scan
KTP Roy sebagai barang bukti. Setelah proses “penangkapan”, gue dan beberapa temen gue
nyamperin Roy di kosannya dan dari ngobrol-ngobrol singkat kami sepakat untuk
menawarkan Roy menjadi Network Administrator Kapuk Valley. Roy pun menerima
tawaran itu. Bergabungnya Roy menjadi Network Administrator membawa kemajuan
besar bagi server Kapuk Valley. Roy menerapkan system security yang sebelumnya
tidak terpikirkan oleh pengurus. Seperti penerapan IDS (Intrusion Detection
System) yang secara otomatis melakukan pemblokiran terhadap IP Address yang
terindikasi berusaha melakukan penyerangan ke server dan mengunci penggunaan IP
Address dengan mencocokkan MAC Address nya sehingga satu IP Address hanya bisa
digunakan oleh satu komputer saja demi menghindari penyalahgunaan IP Address
untuk melakukan kegiatan yang tidak diizinkan seperti cracking atau spoofing.
Selang dua tahun setelah File Server tewas, pada tahun 2006
gue mulai menggerakkan member Kapuk Valley untuk menghidupkan kembali File
Server. Berdasarkan polling sederhana yang gue lakukan, sebagian besar member
Kapuk Valley bersedia untuk menyumbang Rp. 50,000,- untuk menghidupkan kembali
File Server. Setelah uang terkumpul, gue dan teman-teman pengurus membeli
beberapa komponen komputer termasuk harddisk 500GB yang waktu itu harga nya
cukup mahal (diatas satu juta rupiah). Demi menjaga moral bersama, kali ini
File Server tidak diisi dengan bokep karena mengingat saat itu member wanita
Kapuk Valley makin banyak dan juga sudah mulai ada dari warga sekitar yang
bergabung dalam jaringan Kapuk Valley. Sharing bokep pun dilakukan pada
masing-masing komputer member baik secara bebas, private, sesuai permintaan
atau khusus cowok.
Begitu banyaknya fasilitas umum yang tersedia di jaringan
Kapuk Valley membuat pertumbuhan member Kapuk Valley meningkat rata-rata 100
sampai 150 orang pertahunnya hingga akhirnya member Kapuk Valley mencapai lebih
dari 1000 orang dengan 82 kosan yang terhubung pada tahun 2006/2007 yang mana
merupakan tahun keemasan bagi Kapuk Valley. Pengurus Kapuk Valley sempat
kewalahan menerima pendaftaran member baru yang begitu membludak.Hal yang
paling seru adalah ketika banyak member Kapuk Valley membagikan file-file
berupa film, software, gambar, source code, tugas kuliah, dan lain-lain yang
umumnya sulit didapatkan secara bebas dengan menggunakan fitur Network Sharing.
Ini juga diakui oleh beberapa pengunjung setia jaringan Kapuk Valley (biasanya
teman kosan member yang tidak ngekos di Kapuk) yang rajin bolak-balik ke Kapuk
Valley hanya untuk mendapatkan update film, mp3, atau software terbaru.
Kapukvalley Network Map & Structure (2009)
Kapukvalley Network Map & Structure (2009)
Tidak hanya berbagi secara on-the-LAN, Kapuk Valley juga
sempat secara rutin menggelar workshop bertemakan Computer Network Fundamental
yang tujuan memberikan pengetahuan mendasar tentang jaringan komputer pada
member Kapuk Valley sehingga setiap member Kapuk Valley mempunyai kemampuan
untuk menjaga infrastruktur jaringan yang ada di kosannya sendiri maupun
infrastruktur Kapuk Valley. Pada workshop tersebut member diajarkan tentang
topology jaringan, IP Address, subnet mask, cara membuat kabel straight dan
crossover, cara memperbaiki jaringan yang rusak/putus, cara melindungi komputer
dari serangan cracker, dan lain-lain. Dalam penyebaran koneksinya, Kapuk Valley
seringkali mendapat pertentangan dari induk semang kosan. Mulai dari yang
khawatir dengan tagihan listrik yang membengkak sampai ada yang tanpa alasan
memotong kabel jaringan yang menghubungkan antar kosan. Selain itu, Kapuk
Valley juga harus menghadapi ancaman petir setiap tahun nya dimana dalam sekali
dentuman beberapa switch/hub bisa “tewas” seketika.
Hal terburuk yang pernah terjadi adalah ketika Kapuk Valley harus mengganti 12
switch sentral sekaligus yang rusak karena petir. Ini adalah pengeluaran yang
sangat besar bagi Kapuk Valley yang pendapatannya hanya mengandalkan biaya
registrasi member sementara saat itu tidak ada iuran rutin. Dalam
kondisi-kondisi seperti itulah pengetahuan yang diajarkan pada saat workshop
menjadi berguna. Member mampu secara persuasif menjelaskan ke induk semangnya
masing-masing tentang jaringan komputer terutama tentang berapa banyak listrik
yang dikonsumsi oleh jaringan komputer (yang mana sebenarnya sangat kecil
sekali) sehingga keberadaan jaringan komputer dapat diterima oleh induk semang
dan juga secara swadaya, tanpa bantuan pengurus, member dapat memperbaiki kabel
jaringan yang putus atau rusak baik karena faktor alam maupun karena unsur
kesengajaan.
Setelah beberapa tahun menjadi pengurus Kapuk Valley, gue
mulai merasa sulit membagi waktu antara Kapuk Valley dan pekerjaan kantor.
Seringkali gue harus menginap dikantor dan tidak terlalu mengikuti perkembangan
Kapuk Valley. Alasan tersebut mendorong gue untuk mengadakan rotasi
kepengurusan karena bagi gue kepengurusan yang berumur lebih dari dua tahun itu
ga sehat. Kapuk Valley pun mengadakan pemilu yang pertama pada tahun 2006 dan
ternyata lagi-lagi gue yang terpilih jadi ketua. Nasib. Baru setelah tahun 2008
hasil pemilu “membebaskan” gue dari kepengurusan Kapuk
Valley dengan terpilihnya Handsen (Ham) sebagai ketua yang baru menggantikan
gue. Oh ya, pada saat pemilu Kapuk Valley juga melakukan sensus untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan account dengan cara membuka pendaftaran
ulang. Member yang tidak melakukan daftar ulang dianggap non-aktif karena
kebijakan Kapuk Valley membolehkan orang yang sudah tidak berdomisili di Kapuk
untuk kembali menggunakan account tersebut apabila suatu saat orang tersebut
kembali berdomisili di Kapuk.
Gue memang udah ga berdomisili di Kapuk lagi, dan juga udah
ga ngikutin lagi perkembangan Kapuk Valley. Tapi bagi gue, Kapuk Valley adalah
hal yang luarbiasa yang pernah terjadi dalam hidup gue yang membuat gue sangat
mensyukuri setiap detik yang pernah gue lalui ketika masih menjadi member aktif
di Kapuk Valley. Bukan hanya sebagai lingkungan, tapi Kapuk Valley udah menjadi
“orang tua kedua” gue yang mendidik dan
membesarkan gue hingga gue bisa seperti sekarang ini dengan mempertemukan gue
dengan orang-orang hebat seperti Ceinando, Doni, Rozan, Meong, Roy, Mboy, Yoga,
dan masih banyak lagi yang ga bisa gue sebutin satu persatu disini. Gue bisa
bilang, tanpa Kapuk Valley gue mungkin tidak pernah bisa memiliki apa yang gue
miliki sekarang. Dan gue percaya, bukan cuma gue yang berpikir demikian karena
dalam satu dekade terakhir keberadaaannya Kapuk Valley sudah memberikan manfaat
yang besar tidak hanya bagi member Kapuk Valley tapi juga orang-orang yang
pernah berkunjung ke lingkungan Kapuk Valley. Alasan gue membuat tulisan ini
adalah agar setiap orang, baik yang masih mapun yang sudah tidak berdomisili di
Kapuk Valley dapat menghargai dan bersukur atas apa yang mereka bisa atau
pernah dapatkan di Kapuk Valley karena gue melihat kecenderungan Kapuk Valley
dipenuhi oleh orang-orang bergabung dengan alasan games dan internet tanpa
(mau) tau bagaimana perihnya orang-orang sebelum mereka membangun Kapuk Valley
hingga bisa mereka nikmati seperti sekarang ini dan mereka-mereka itulah yang
akhirnya menjadikan Kapuk Valley sebagai “warnet
pribadinya” tanpa
pernah menghargai dan menghormati keberadaan Kapuk Valley itu sendiri.
Semoga tulisan ini bisa membuka pikiran bagi kalian yang
mempunyai hubungan dengan Kapuk Valley, baik itu member aktif, alumni, maupun
sekedar pengunjung aja dan semoga Kapuk Valley tetap bertahan sampai kapanpun.
Amin.